Bagian Keris #7

Rincikan  Keris

Anatomi keris dikenal juga dengan istilah ricikan keris. Berikut ini akan diuraikan anatorni keris satu persatu.

  1. Ron dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa dha.
  2. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.
  3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ganja.
  4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.
  5. Lambe gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel pada gandik.
  6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau ujung ganja.
  7. Kembang kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.
  8. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.
  9. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa dha yang berderet.
  10. Tikel alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya mirip alis mata.
  11. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.
  12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.
  13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.
  14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.
  15. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.
  16. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.
  17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.
  18. Gula milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.
  19. Kruwingan, dataran yang terletak di kiri dan kanan adha-adha.
  20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.

Bagian Keris #6

Tangguh keris

Di bidang perkerisan dikenal pengelompokan yang disebut tangguh yang dapat berarti periode pembuatan atau gaya pembuatan. Hal ini serupa dengan misalnya dengan tari Jawa gaya Yogyakarta dan Surakarta. Pemahaman akan tangguh akan membantu mengenali ciri-ciri fisik suatu keris.

Beberapa tangguh yang biasa dikenal:
•   tangguh Majapahit,
•   tangguh Pajajaran,
•   tangguh Mataram,
•   tangguh Yogyakarta,
•   tangguh Surakarta.



BAgian Keris #5

Pamor

Pamor merupakan hiasan, motif, atau ornamen yang terdapat pada bilah keris. Hiasan ini dibentuk tidak dengan diukir, diserasah (inlay), atau dilapis, tetapi dengan teknik tempaan yang menyatukan beberapa unsur logam berlainan. Teknik tempa senjata berpamor ini merupakan keahlian khas Indonesia, terutama di Jawa.


Dilihat dari caranya, dikenal dua cara pembuatan pamor yang baik, yaitu mlumah dan miring. Pamor mlumah adalah pamor yang lapisan-lapisannya mendatar, sejajar dengan permukaan bilah, sedangkan pada pamor miring lapisan pamornya tegak lurus dengan permukaan bilah. Pembuatan pamor mlumah lebih mudah daripada pamor miring. Itulah sebabnya, nilai keris berpamor miring lebih tinggi dibandingkan dengan pamor mlumah.

Bagian Keris #4

Luk 

Dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. 

Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah, dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal (ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga dan terbanyak adalah luk tiga belas. 

Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija, atau keris tidak lazim.

Bagian Keris #3

Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola, pinarak, jamang murub, bungkul, kebo tedan, pudak sitegal.

Pada pangkal wilahan terdapat pesi, yakni ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris (ukiran). Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja (di Semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni, di mana ganja sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled, bagian perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada bermacam-macam, wilut, dungkul, kelap lintah dan sebit rontal mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya.

Bagian Keris #2

Warangka atau sarung keris


Warangka, atau sarung keris (bahasa Banjar: kumpang), adalah komponen keris yang berfungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, paling tidak karena bagian inilah yang terlihat secara langsung. Warangka yang mula-mula dibuat dari kayu (yang umum adalah jati, cendana, timoho, dan kemuning). Sejalan dengan perkembangan zaman terjadi penambahan fungsi warangka sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya. Bagian atasnya atau ladrang-gayaman sering diganti dengan gading.

Secara garis besar terdapat dua bentuk warangka, yaitu jenis warangka ladrang yang terdiri dari: angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri, serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis warangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan warangka ladrang hanya tidak terdapat angkup, godong, dan gandek.

Aturan pemakaian bentuk warangka ini sudah ditentukan, walau tidak mutlak. Warangka ladrang dipakai untuk upacara resmi, misalnya menghadap raja, penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkawinan, dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah dengan menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang (termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ). Sedangkan warangka gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian depan (dekat pinggang) atau di belakang (pinggang belakang).

Dalam peperangan, yang digunakan adalah keris warangka gayaman. Pertimbangannya adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena warangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana.

Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk warangka. Bagian utama menurut fungsi warangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang (sepanjang wilah keris) yang disebut gandar atau antupan, maka fungsi gandar adalah untuk membungkus wilah (bilah) dan biasanya terbuat dari kayu dengan  dipertimbangkan agar tidak merusak wilah yang berbahan logam campuran.

Karena fungsi gandar untuk membungkus, sehingga fungsi keindahannya tidak diutamakan, maka untuk memperindahnya dilapisi seperti selongsong-silinder yang disebut pendok. Bagian pendok (lapisan selongsong) inilah yang biasanya diukir sangat indah, dibuat dari logam kuningan, suasa (campuran tembaga emas), perak, emas. Untuk luar Jawa (kalangan raja-raja Bugis, Goa, Palembang, Riau, Bali) pendoknya terbuat dari emas, disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan berlian.

Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara filosofis sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi "manunggaling kawula-Gusti", bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan Penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tenteram, bahagia, sehat sejahtera. Manusia, selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing, juga harus tahu diri untuk bekarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Namun demikian, makna yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya, kini terancam perkembangannya karena aspek teknologi sebagai sahabat budayanya kurang diminati ketimbang aspek legenda dan magisnya.

Untuk keris Jawa, menurut bentuknya, pendok ada tiga macam, yaitu: (1) pendok bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya, (2) pendok blewah (blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian gandar akan terlihat, serta (3) pendok topengan yang belahannya hanya terletak di tengah. Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).